ALKOHOL, ETER, DAN SENYAWA YANG BERHUBUNGAN

ALKOHOL, ETER, DAN SENYAWA YANG BERHUBUNGAN

Alkohol (ROH) dan eter (ROR) begitu erat berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Dietil eter (eter) digunakan sebagai pematirasa (anesthetic). Etanol, alkohol (lebih dikenal alkohol) digunakan dalam minuman keras. 2-propanol (isopropil alkohol atau alkohol gosok) digunakan sebagai zat pembunuh kuman (bakteriosida). Metanol (metil alkohol atau alkohol kayu) digunakan sebagai komponen utama dalam spiritus, sebagai bahan bakar dan pelarut. Dalam laboratorium dan industri, semua senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan reagensia.





Ikatan dalam Alkohol dan Eter

          Alkohol dan eter mempunyai ikatan yang mirip air. Alkohol dan eter terdiri dari molekul polar. Dalam kedua tipe senyawa ini, oksigen mengemban muatan parsial negatif.
Eter dapat berbentuk rantai terbuka maupun siklik. Bila cincin beranggota lima atau lebih (termasuk oksigen), maka sifat eter itu mirip eter rantai terbuka. Epoksida mengandung cincin eter beranggotakan tiga. Epoksida lebih reaktif dibanding eter lain karena ukuran cincinnya kecil. Sistem cincin besar dengan satuan berulang -OCH2 CH2- disebut eter mahkota. Senyawa ini merupakan reagensia berharga yang dapat digunakan untuk membantu melarutkan garam anorganik dalam pelarut organik.

1.   Alkohol
Rumus Kimia Alkohol
Struktur kimia alkohol

a.      Rumus Umum Alkohol
Perhatikan rumus struktur senyawa karbon berikut.
CH3–CH3                                            CH3–CH2–OH
CH3–CH2–CH3                             CH3–CH2–CH2–OH
Karena rumus umum alkana adalah CnH2n+2, maka rumus umum alkohol (alkanol) adalah CnH2n+1OH atau
CnH2n+2O.
b.      b. Jenis-jenis Alkohol
Berdasarkan letak gugus fungsinya, alkohol dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1)       Alkohol primer, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (–OH) terikat
pada atom C primer.
Contoh: CH3– CH2–OH
2)      2) Alkohol sekunder, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (–OH) terikat
pada atom C sekunder.
Contoh:    CH3 CH2 CH OH
                                           
                                     CH3
3) Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (–OH) terikat
pada atom C tersier.                     CH3

                                     CH3–CH2C OH
                                                   
                                                CH3
c.       Tata Nama Alkohol
Ada dua cara pemberian nama pada alkohol, yaitu:
1)       Penamaan secara trivial, yaitu dimulai dengan menyebut nama gugus alkil yang terikat pada gugus –OH kemudian diikuti kata alkohol.    R   …….    OH  ( alkil ----Alkohol)
Contoh:
CH3–CH2—OH            Etil alcohol

CH3–CH2–CH2–OH     Propil alcohol
2)      Penamaan secara sistem IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran pada alkana dengan akhiran ol (alkanmenjadi alkanol)
Contoh : CH3–CH2–OH               Etanol

      CH3–CH2–CH2–OH      Propanol
Urutan Penamaan Senyawa Alkohol menurut IUPAC
1)   Menentukan rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus – OH, selain itu atom karbon lain sebagaicabang.
2)   Memberi nomor pada rantai induk yang dimulai dari salah satu ujung rantai, sehingga posisi gugus – OH mendapat nomor terkecil.(Perhatikan tidak harus nomor satu!!!)
3)   Urutan penamaan: • nomor atom C yang mengikat cabang
   • nama cabang: - CHmetil
   - C2Hetil
          • nama rantai induk (alkanol)
                               Contoh  :                  CH3


          CH3–CH2–  CH2–CH–  OH
          4        3         2       1
            2- metil- butanol
4)   Penulisan nama cabang sesuai urutan abjad: etil mendahului metil.
5)    Apabila posisi gugus –OH ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka penomoran dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang-cabang mendapat nomor terkecil.

                                C2H5             OH

     CH3–CH–  CH2–C– CH2 – CH3         3 etil 4 metil 4 heptanol


                                                    CH3

someran Alkohol        
1.      Keisomeran Posisi
Keisomeran posisi, yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan letak gugus –OH dalam molekul alkohol. Keisomeran
posisi dalam alkohol mulai terdapat pada propanol yang mempunyai dua isomer, yaitu 1–propanol dan 2–propanol.    

                     CH3– CH3– CH2– OH                   CH3– CH(OH) – CH3
                     1–propanol                                       2–propanol    


2.       Keisomeran Optik                                                 
Keisomeran optik berkaitan dengan sifat optik, yaitu kemampuan suatu senyawa untuk dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi.Keisomeran optik terjadi karena adanya atom C asimetrik, yaitu atom C yang terikat pada 4 gugus yang berbeda. Banyaknya isomeroptik dapat dicari dengan rumus 2n, dengan n = jumlah atom Casimetrik.
2–butanol mempunyai 1 atom C asimetrik, sehingga isomer optik
2–butanol adalah:    
                                                                                                      
                                  CH3                                                             CH3


                     H–CH– OH                        OH–C – H                      
                                                 
                                     C2H5                                                          C2H5

3.      Keisomeran Fungsi
Keisomeran fungsi, yaitu keisomeran yang terjadi karena perbedaan gugus fungsi di antara dua senyawa yang mempunyai rumus molekul sama. Alkohol berisomer fungsi dengan eter (akan dipelajari pada pembahasan berikutnya).   
b.      Sifat- sifat Alkohol         
-      TD alkohol > TD alkena dengan jumlah unsur C yang sama (etanol = 78oC, etena = -88,6oC)
-       Umumnya membentuk ikatan hidrogen
-       Berat jenis alkohol > BJ alkena
-       Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam air (=polar)            
c.        Sifat Kimia Alkohol
1.      Reaksi dengan Logam Natrium
Alkohol dapat bereaksi dengan logam Na membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Contoh reaksi etanol dengan logam natrium

C2H– OH + Na ⎯⎯ C2H5ONa + H2
Etanol                            Na-etoksida
Reaksi ini dapat dipergunakan sebagai reaksi untuk pengenal
alkohol.
2.      Reaksi Oksidasi
a.       Alkohol primer teroksidasi membentuk aldehid dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam kar-boksilat.
Contoh:
CH3– CH– OH                  CH3–COH + H2O
Etanol                                          etanal
CH3–COH          CH3COOH
etanal                       asam etanoat
b.      Alkohol sekunder teroksidasi membentuk keton.
Alkohol sekunder dioksidasi menjadi keton. Sebagai contoh, jika alkohol sekunder, propan-2-ol, dipanaskan dengan larutan natrium atau kalium dikromat(VI) yang diasamkan dengan asam sulfat encer, maka akan terbentuk propanon.
Perubahan-perubahan pada kondisi reaksi tidak akan dapat merubah produk yang terbentuk.
Dengan menggunakan persamaan reaksi yang sederhana, yang menunjukkan hubungan antara struktur, dapat dituliskan sebagai berikut:
c.        Alkohol tersier tidak teroksidasi.
3.      Reaksi dengan Hidrogen Halida
      Jika alkohol direaksikan dengan hidrogen halida akan terbentuk  haloalkana dan 
       air        dengan reaksi:
          R – OH + HX       R – X + H2O
       Contoh:
       CH3 – OH + HCl       CH3 – Cl + H2O
     4.      Reaksi esterifikasi
     Reaksi esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan  
    untuk reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH (dimana 
     R dan R’ bisa sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:
 
Jadi, misalnya, jika kita membuat etil etanoat dari asam etanoat dan etanol, maka persamaan reaksinya adalah:
 
5.     Reaksi Dehidrasi Alkohol
     Alkohol jika dipanaskan dengan asam kuat, maka akan terjadi alkena dan air.   
      Contoh:
CH3– CH– CH– OH              CH– CH = CH+ H2O
                          n – propanol                                   1 – propena

  a.      Kegunaan Alkohol
Dalam kehidupan sehari-hari alkohol banyak digunakan, antara
          lain sebagai berikut.
         1) Dalam bidang farmasi (obat-obatan), sebagai pelarut senyawa organik,misalnya 
             etanol dan butanol.
         2) Dalam bidang biologi atau industri digunakan sebagai disinfektan,  misalnya 
             etanol dan metanol
          3) Sebagai bahan bakar, misalnya spiritus (campuran antara methanol dan etanol).

A. Reaksi alkohol dengan basa atau logam aktif
Suatu unsur dikatakan basa dan logam aktif jika berada paling kiri sistem periodik unsur. Semua gologan IA dan IIA, serta Al merupakan logam aktif.
Ciri-ciri reaksi alkohol dengan basa atau logam aktif:
  1. Termasuk reaksi substitusi (reaksi penggantian gugus fungsi)
  2. Menghasilkan aloksida dan gas hidrogen
  3. Reaksi berlangsung sangat cepat
  4. Dalam reaksi ini, alkohol bersifat asam lemah dan lebih lemah daripada air
  5. Alkohol primer lebih mudah mengalami reaksi ini, daripada alkohol sekunder dan tersier
Contoh reaksi ini pada gambar berikut:




reaksialkohol
REAKSI ALKOHOL DENGAN BASA ATAU LOGAM AKTIF

B. Substitusi gugus —OH oleh halogen (X)
Gugus alkohol akan mengalami substitusi oleh atom halogen bila direaksikan dengan larutan HX pekat (contoh HCl pekat), PX3 (terbatas), dan PX5 (berlebih). Contoh reaksinya adalah:
C2H5OH + HCl (pekat) —> C2H5Cl + H2O
3C2H5OH + PCl3 (terbatas) —> 3C2H5Cl + H3PO4
C2H5OH + PCl5 (berlebih) —> C2H5Cl + POCl3 + HCl
Dengan rumus:
Pekat: R—OH + H—X —> R—X + H2O
Terbatas: R—OH + P—X —> R—X + asam lemah
Berlebih: R—OH + P—X —> R—X + PO—X + H—X
C. Oksidasi alkohol (Uji Bordwell)
Banyak sekali manfaat alkohol, salah satunya sebagai spiritus (bahan bakar). Kenapa? Karena alkohol dapat mudah terbakar menghasilkan CO2 dan uap air, sama seperti reaksi pembakaran.
Dalam oksidasi alkohol, sebuah atom oksigen dari oksidator akan mengambil posisi atom H-karbinol, yaitu atom hidrogen yang terikat pada atom karbon karbinol (atom karbon yang mengikat gugus —OH).
Ciri-ciri reaksi oksidasi alkohol:
  1. Selalu mengalami oksidator
  2. Biasanya menggunakan kalium dikromat (K2Cr2O7)
  3. Jika terdapat lebih dari dua gugus —OH maka dinyatakan tidak stabil dan akan terurai menjadi air
  4. Oksidator [O] berarti penambahan atom O pada atom H yang sendiri
  5. Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat
  6. Alkohol sekunder membentuk keton (—CO)
  7. Alkohol tersier tidak teroksidasi
Perhatikan oksidasi alkohol berikut!




reaksialkohol2
REAKSI OKSIDASI ALKOHOL
reaksialkohol3
REAKSI OKSIDASI ALKOHOL

D. Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol berarti reaksi yang melepaskan molekul air membentuk eter atau alkena yang dipanaskan menggunakan H2SO4 (asam sulfat) pekat. Nah, reaksi ini perlu pemanasan pada suhu 130 C menghasilkan eter, sementara pada suhu 180 C menghasilkan alkena.
E. Uji Lucas
  • Pereaksi yang digunakan adalah ZnCl2 dan HCl
  • HCl ditambahkan ke dalam sampel berisi ZnCl2 sehingga sistem mengalami kenaikan tingkat keasamaan
  • Hasil akhir uji ini adalah suatu alkil klorida
  • Pada alkohol tersier, reaksi berjalan lancar dan alkohol larut dalam air dan bereaksi dengan pereaksi Lucas membentuk alkil klorida yang sukar larut dalam air (mengingat alkil klorida adalah haloalkana bersifat nonpolar)
  • Pada alkohol sekunder, reaksi berjalan sangat lambat sehingga dibutuhkan pemanasa sehingga terbentuk alkil klorida sukar larut dalam air
  • Pada alkohol primer, pereaksi Lucas tidak akan bereaksi dengan alkohol dan terjadi endapan

2. Eter
Struktur kimia eter
a.       Rumus Umum

Eter atau alkoksi alkana merupakan turunan alkana yang mempunyai struktur berbeda dengan alkohol. Eter mempunyai rumus umum R–O–R. Dengan gugus fungsi –O– yang terikat pada dua gugus alkil. Gugus alkil yang terikat dapat sama dan dapat berbeda. Beberapa contoh senyawa eter seperti pada tabel 4.3 berikut.
No
R
Gugus Fungsi
R’
Rumus Struktur

–CH3
–O–
-CH3
CH3–O–CH3

–C2H5
–O–
-C2H5
C2H5–O–C2H5

–CH3
–O–
- C2H5
CH3–O–C2H5

C2H5
–O–
–C3H7
C2H5–O–C3H7

b.      Tata Nama
Ada dua cara pemberian nama eter, yaitu:
1.  Penamaan secara trivial dimulai dengan menyebut nama alkil yang terikat pada gugus –O–  kemudiandiikuti oleh kata eter.
2) Penamaan berdasarkan IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran ana pada alkana asal dengan akhiran oksi.
Contoh pemberian nama pada eter seperti pada tabel 4.4.
No
Rumus Struktur
Tata Nama
IUPAC
TRIVIAL

CH3–O–CH3
Metoksi metana
Metil–metil eter atau Dimetil eter

C2H5–O–C2H5
Etoksi etana
Etil–etil eter atau Dietil eter

CH3–O–C2H5
Metoksi etana
Etil–metil eter


c.       Keisomeran
Alkohol dengan rumus umum R–OH dan eter dengan rumus umum R–O–R′ mempunyai keisomeran fungsi.
Contoh:
C3H–OH dengan CH3– O – C2H5  
1–propanol                metoksi etana
(propil alkohol)         (etil–metil eter)
Kedua senyawa tersebut mempunyai rumus molekul sama, yaitu C3H8O sedangkan gugus fungsinya berbeda. Jadi, alkohol dan eter mempunyai keisomeran fungsi


d. Sifat-sifat
1) Eter mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun.
2) Bereaksi dengan HBr atau HI.
3) Eter tidak membentuk ikatan hidrogen di antara molekul-molekulnya,sehingga titik didihnya lebih rendah jika dibandingkan dengan titik didih alkohol yang massa molekul relatifnya sama. Titik didih
eter sebanding dengan titik didih alkana

Sifat Kimia

a. Oksidasi
Oksidasi suatu eter dengan campuran kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan aldehida.
Contoh :

b. Reaksi dengan asam sulfat
Eter dapat bereaksi dengan asam sulfat menghasilkan suatu alcohol dan asam alkana sulfonat.
Contoh :
c. Reaksi dengan asam iodida
Eter dapat bereaksi dengan asam iodida menghasilkan campuran alkohol dengan alkil halida.
Contoh :
d. Hidrolisis
Hidrolisis dengan asam sulfat suatu eter akan menghasilkan alkohol.
Contoh :

e. Halogenasi
Eter dapat mengalami reaksi substitusi oleh halogen. Substitusi terjadi pada atom Hα.
Contoh :
e. Pembuatan
Eter dapat dibuat dengan jalan mereaksikan alkohol primer dengan
asam sulfat pada suhu 140 °C.
2 CH3–CH2–OH  ⎯⎯→ CH3–CH2–O–CH2–CH+ H2O
                   f. Kegunaan
1) Eter dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut yang baik untuk  senyawa kovalen dan sedikit larut   dalam air.
2) Dalam bidang kesehatan, eter banyak dgunakan untuk obat pembius  atau anestetik.


Eter mengalami reaksi-reaksi kimia lebih sedikit dibandingkan alkohol. Untuk membedakan alkohol dan eter (keduanya memiliki rumus senyawa yang sama) maka haru digunakan percobaan pada reaksi-reaksi kimia di bawah ini, kecuali reaksi pembakaran.
A. Reaksi pembakaran eter
Eter sangat mudah terbakar sehingga menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Contoh reaksinya adalah pembakaran dietil eter:
CH3—O—CH3 + 3O2 –> 2CO2 + 3H2O
B. Reaksi eter dengan basa atau logam aktif
Eter tidak dapat dan sama sekali tidak bisa bereaksi dengan basa atau logam aktif seperti unsur-unsur pada golongan IA dan IIA serta Al. Nah, reaksi ini juga yang bisa digunakan untuk membedakan alkohol dan eter.
R—OH + Na –> R—ONa + 1/2 H2
R—O—R + Na —> xxxxx (tidak bereaksi)
C. Reaksi dengan PCl3 (terbatas) dan PCl5 (berlebih)
Eter tidak dapat bereaksi dengan PCl3, tetapi dapat bereaksi dengan PCl5 karena mudah mendapatkan energi. Namun, dalam reaksi alkohol + PCl5 pasti menghasilkan HCl, tetapi pada eter tidak menghasilkan HCl. Contoh reaksinya adalah:
C2H5—O—CH3 + PCl5 —> C2H5Cl + CH3Cl + POCl3
dengan rumus:
R—O—R’ + PCl5 —> R—Cl + R’—Cl + POCl3
D. Reaksi eter dengan hidrogen halida atau asam halida (HX ; H—X)
Eter mudah terurai oleh asam halida, terutama asam iodida (HI). Adapun rumus reaksi eter dengan HX pada keadaan terbatas dan berlebih:
  • Keadaan terbatas
    R—O—R’ + HI —> R—OH + R’—I
  • Keadaan berlebihan
    R—O—R’ + 2HI —> R—I + R’—I + H2O

Permasalahan:
1. Jelaskan sifat fisik dari alkohol dan eter serta kelarutannya dalam air?
2. Sebutkan senyawa terpenting dari eter serta kegunaannya!
3. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara alkohol dengan eter! 

DAFTAR PUSTAKA
https://amaldoft.wordpress.com/2015/11/21/reaksi-reaksi-alkohol-turunan-alkana/
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/43993/aacdcd3619837ed2aa6e9950e1fba294
http://abdulkholiskimia.blogspot.co.id/2013/01/alkohol-dan-eter.html
http://iconkpoconk.blogspot.co.id/2014/01/bab-7-kimia-organik-1-fessenden.html


Komentar

  1. Selamat pagi sdri Marta. Saya akan coba menjawab dari permasalahan Anda yg pertama. Yang membedakan Alkohol dengan Eter adalah :
    Alkohol dan eter merupakan isomer fungsi dengan rumus umum CnH2n+2O. Namun demikian, kedua homolog ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda nyata, baik sifat fisis maupun sufat kimia. Alkohol mempunyai titik cair dan titik didih yang jauh lebih tinggi daripada eter yang sesuai. Hal itu terjadi karena gugus fungsi alkohol (-OH) bersifat polar dan menyebabkan adanya ikatan hidrogen antarmolekul alkohol, sedangkan eter bersifat kurang polar dan tidak terdapat ikatan hidrogen.
    Perbedaan yang cukup nyata juga tampak pada kelarutannya dalam air. Kelarutan alkohol dalam air jauh lebih besar daripada eter. Hal ini juga berkaitan dengan gugus fungsi alkohol yang bersifat polar. Antara alkohol dan air dapat membentuk ikatan hidrogen.
    Metanol dan etanol larut sempurna dalam air. Kelarutan alkohol berkurang seiring dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Hal itu terjadi karena rantai alkil merupakan gugus yang nonpolar, sehingga interaksi dengan air makin lemah. Hal yang serupa terjadi pada eter, tetapi kelarutan eter jauh lebih kecil.

    BalasHapus
  2. alkohol rantai pendek  bersifat polar sehingga dengan baik larut dalam air serta memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan alkena. Dalam hal kepolaran dan titik didih, alkohol rantai pendek memilki kemiripan sifat dengan air. Hal tersebut disebabkan karena air dan alkohol keduanya memilki gugus -OH. Gugus -OH ini bersifat polar sehingga menyebabkan air dan alkohol bersifat polar pula. Adapun titik didih yang tinggi disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara molekul air, antar molekul alkohol atau antar molekul air dan alkohol. Ikatan hidrogen ini juga menyebabkan alkohol larut dalam air.
    Sifat-sifat eter yaitu. Pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol, titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat nono polar, sehingga kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar. Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol dengan eter
    senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter(etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.

    BalasHapus
  3. Saya akan mencoba menjawab permasalahan no.2 senyawa terpenting dari eter serta kegunaannya:
    1. Etilena oksida: Eter siklik yang paling sederhana.
    2. Dimetil eter: Merupakan propelan pada aerosol. Merupakan bahan bakar alternatif yang potensial untuk mesin diesel karena mempunyai bilangan cetan sebesar 56-57.
    3. Dietil eter: Merupakan pelarut umum pada suhu rendah (b.p. 34.6 °C), dan dulunya merupakan zat anestetik. Digunakan sebagai cairan starter kontak pada mesin diesel.
    4. Dimetoksimetana (DME): Pelarut pada suhu tinggi (b.p. 85 °C):
    5. Dioksana: Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu tinggi (b.p. 101.1 °C).
    6. Tetrahidrofuran (THF): Eter siklik, salah satu eter yang bersifat paling polar yang digunakan sebagai pelarut.
    7. Anisol (metoksibenzena): Merupakan eter aril dan komponen utama minyak esensial pada biji adas manis.
    8. Eter mahkota: Polieter siklik yang digunakan sebagai katalis transfer fase.
    9. Polietilen glikol (PEG): Merupakan polieter linear, digunakan pada kosmetik dan farmasi

    BalasHapus
  4. Saya akan mencoba menjawab permasalahan anda
    Titik didih alkohol relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik intermolekuler yang kuat. Ingat bahwa titik didih adalah ukuran kasar dari jumlah energi yang diperlukan untuk memisahkan suatu molekul cair dari molekul terdekatnya.
    Jika molekul terdekatnya melekat pada molekul tersebut sebagai ikatan hidrogen, dibutuhkan energi yang cukup besar untuk memisahkan ikatan tersebut. Setelah itu molekul tersebut dapat terlepas dari cairan menjadi gas. Perhatikan titik didih beberapa senyawa alkohol pada Tabel 1. berikut.
    Tabel 1. Perbandingan Titik Didih dan Massa Molekul Relatif
    Rumus
    Nama
    Massa Molekul
    Relatif (Mr)
    Titik didih
    (°C)

    CH3–OH
    metanol
    32
    65
    CH3–CH2–OH
    etanol
    46
    78
    CH3–CH2–CH2–OH
    propanol
    46
    98
    CH3–CH2–CH2–CH2–OH
    1-butanol
    74
    117
    2-metil propanol

    2-metil propanol
    74
    108
    2-butanol

    2-butanol
    74
    100
    Berdasarkan data pada Tabel 1, apa yang dapat disimpulkan tentang hubungan antara massa molekul relatif dengan titik didih? Semakin besar massa molekul relatif alkohol maka titik didih makin tinggi. Titik didih alkohol bercabang lebih rendah daripada alkohol berantai lurus meskipun massa molekul relatifnya sama.

    BalasHapus
  5. Saya akan mencoba menjawab permasalahan anda
    Titik didih alkohol relatif tinggi. Hal ini merupakan akibat langsung dari daya tarik intermolekuler yang kuat. Ingat bahwa titik didih adalah ukuran kasar dari jumlah energi yang diperlukan untuk memisahkan suatu molekul cair dari molekul terdekatnya.
    Jika molekul terdekatnya melekat pada molekul tersebut sebagai ikatan hidrogen, dibutuhkan energi yang cukup besar untuk memisahkan ikatan tersebut. Setelah itu molekul tersebut dapat terlepas dari cairan menjadi gas. Perhatikan titik didih beberapa senyawa alkohol pada Tabel 1. berikut.
    Tabel 1. Perbandingan Titik Didih dan Massa Molekul Relatif
    Rumus
    Nama
    Massa Molekul
    Relatif (Mr)
    Titik didih
    (°C)

    CH3–OH
    metanol
    32
    65
    CH3–CH2–OH
    etanol
    46
    78
    CH3–CH2–CH2–OH
    propanol
    46
    98
    CH3–CH2–CH2–CH2–OH
    1-butanol
    74
    117
    2-metil propanol

    2-metil propanol
    74
    108
    2-butanol

    2-butanol
    74
    100
    Berdasarkan data pada Tabel 1, apa yang dapat disimpulkan tentang hubungan antara massa molekul relatif dengan titik didih? Semakin besar massa molekul relatif alkohol maka titik didih makin tinggi. Titik didih alkohol bercabang lebih rendah daripada alkohol berantai lurus meskipun massa molekul relatifnya sama.

    BalasHapus
  6. Saya akan mencoba menjawab permasalahan yg ke dua yaituEter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat berupa alkil maupun aril . [1] Contoh senyawa eter yang paling umum adalah
    pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH 3 -CH 2-O-CH 2-CH 3 ). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIBRIDISASI KARBON, NITROGEN, DAN OKSIGEN

KLASIFIKASI SENYAWA ORGANIK